Saat badai datang membawa hujan lebat dan guntur berkilat,
serta saat gravitasi menarik raut wajah dan ujung bibir,
itulah masanya perjuangan menuju senyuman.
Saat badai datang membawa hujan lebat dan guntur berkilat,
serta saat gravitasi menarik raut wajah dan ujung bibir,
itulah masanya perjuangan menuju senyuman.
Kamu tahu?
Sulit bagiku, yang pikirannya biasa berkeliaran tanpa lahir di ucapan.
Namun seperti ranting yang berbelok mencari sinar saat dihalangi tembok, aku yakin akan bisa menirunya. Dan kelancaran cerita akan juga bisa jadi milikmu; tak hanya punyanya pikiranku.
Kupikir Jakarta tak membutuhkanku.
Karena ia adalah tempat mengadu kemampuan, sedang aku, tak punya keinginan itu.
Kemampuanku yang terberikan, sepertinya akan jadi milik tempat lain;entah dimana.
menjadi matahari?
aku bulan, tentu aku tak bisa.
Tak perlu rangkai kata jadi puisi untuk gambarkan kita.
Karna, kitalah sang puisi, kekasihku.
batasnya tipis;
antara membagi pengetahuan
dan
menyombongkan apa yang diketahui.